Jumat, 08 Juni 2012

Ujian dan Cobaan

Ketika makin keras dan kuat tantangan kaum Quraisy kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam beserta pengikutnya, sebagian orang Quraisy menghasut Abul Ash dan berkata, “Ceraikanlah istrimu wahai Abul Ash! Pulangkan ia rumah ayahnya dan kami akan menikahkanmu dengan wanita mana saja yang engkau sukai dari wanita-wanita Quraisy yang terbaik.” Karena begitu murni dan dalam cinta Abul Ash kepada Zainab, maka ia pun menjawab, “Demi Allah, aku tidak akan menceraikan istriku, aku tidak ingin menggantinya dengan wanita mana saja di dunia ini.”
Di saat ayah dan keluarganya diembargo, Zainab hanya mampu berdoa untuk keselamatan ayah, ibu, dan keluarga serta saudara-saudara seakidah. Waktu pun berlalu, dan embargo pun selesai, namun ternyata datang musibah baru yang tak kalah beratnya, yaitu wafatnya paman ayahnya, Abu Thalib, yang disusul dengan wafatnya ibu yang sangat ia cintai. Zainab pun dirundung kedukaan, ditambah lagi suami tercinta belum juga luluh hatinya untuk beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.
Saat itu negeri Mekah terasa sepi bagi Zainab. Ibundanya yang biasa ia jenguk sekarang telah tiada, sementara ayahnya hijrah ke Yatsrib bersama sahabat karib beliau, Abu Bakar, kemudian saudari-saudarinya pun menyusul ke sana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar