Yunus bin Bukair menuturkan dari Ibnu Ishaq, “Seorang guru dari
penduduk Mekah sejak tahun 40-an bercerita kepadaku, dari Ikrimah, dari
Ibnu Abbas, dan seterusnya.” Yunus menceritakan kisah panjang tentang
perundingan antara kelompok kafir Mekah dan Rasulullahs shallallahu
‘alaihi wa sallam, “Ketika Rasululalh shallallahu ‘alaihi wa
sallam beranjak meninggalkan mereka, Abu Jahal berkata, ‘Hai
orang-orang Quraisy, Muhammad tidak mau selain apa yang kalian lihat
sendiri; menjelek-jelekkan agama kita, mencaci nenek moyang kita,
membodohkan tetua kita, dan mencemooh Tuhan-Tuhan kita. Aku berjanji
pada Allah, esok hari aku akan duduk menunggunya dengan membawa batu
yang aku hampir tidak kuat membawanya. Jika ia sujud dalam shalatnya,
aku akan menimpakan batu itu di kepalanya. Terserah, setelah itu kalian
menyerahkan aku (pada keluarga besar Muhamamd shallallahu ‘alaihi wa
sallam) atau melindungiku. Biarlah Bani Abdi Manaf melakukan apa
yang mereka mau.’ Mereka menjawab, ‘Demi Allah, kami tidak akan
menyerahkanmu, apa pun alasannya. Kerjakan apa yang engkau inginkan.’
Keesokan harinya, Abu Jahal mengambil batu seperti yang ia janjikan
kemudian duduk menunggu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dan seperti hari-hari biasa, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam muncul pada pagi hari itu. Waktu itu Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam masih berada di Mekah dan kiblat shalat beliau
ke arah Syam (Baitul Maqdis). Bila shalat, beliau menunaikannya di
antara rukun Hajar Aswad dan rukun Yamani, serta memposisikan Ka’bah di
antara tempat beliau berdiri dan Syam. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam memulai shalat, sementara orang-orang Quraisy
telah berdatangan dan duduk berkumpul di balai pertemuan, mereka
menunggu apa yang akan dilakukan Abu Jahal. Kala Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam sujud, Abu Jahal segera mengangkat batu lalu
berjalan ke arah beliau. Ketika ia telah dekat, tiba-tiba ia mundur
ketakutan dan wajahnya pucat pasi. Tangannya gemetar. Ia tidak lagi kuat
menahan beban batu hingga batu itu terjatuh. Beberapa orang Quraisy
berdiri mendatanginya. Mereka bertanya keheranan, ‘Kenapa engkau, wahai
Abul Hakam?”
Masih dengan wajah pucat, ia menjawab, ‘Aku mendatanginya untuk
melakukan apa yang telah aku utarakan pada kalian tadi malam. Tetapi,
ketika aku telah dekat dengannya, muncul seekor unta jantan
menghadangku. Demi Allah aku belum pernah melihat unat dengan kepala,
leher, dan taring sebesar yang dimiliki unta itu. Ia ingin memangsaku
hidup-hidup’.”
Ibnu Ishaq berkata, “Diceritakan kepadaku bahwa berkenaan dengan
fenomena itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‘Itu Jibril, andai ia nekat mendekat pasti Jibril mencabiknya’.”
Guru Ibnu Ishaq dalam riwayat ini majhul (tidak diketahui. Baihaqi
berkata, “Bila Ibnu Ishaq tidak menyebutkan guru yang bercerita
kepadanya, maka hadisnya tidak perlu ditanggapi.”
Berita tentang unta jantan itu juga sudah disebutkan dalam kisah
orang dari Irasy, dan sanadnya dha’if sebagaimana telah dijelaskan.
Keganjilan yang terdapat dalam riwayat ini adalah ucapan Abu Jahal “Aku
berjanji pada Allah.” Padahal dalam riwayat Muslim yang akan disebutkan
setelah ini, ia bersumpah atas nama Lata dan Uzza.
Hakim telah meriwayatkan kisah yang mirip dengan ini dari jalur
Abudullah bin Shalih yang berkata, “Laits bin Sa’ad bercerita kepadaku,
dari Ishaq bin Abdullah bin Abi Farwah, dari Aban bin Shalih, dari Ali
bin Abdillah bin Abbas, dari ayahnya Abbas bin Abdul Muthallib. Kemudian
usai menyebutkan kisah ini, Hakim berkata, “Shahih.” Namun Dzahabi
mengkritisinya dengan mengatakan,” Aku berkata, ‘Dalam sanadnya ada
Abdullah bin Shalih. Ia bukan perawi yang bisa dijadikan pegangan, dan
Ishaq bin Abdullah bin Abi Farwah matruk.”
Muslim dalam Shahihnya meriwayatkan dari Abu Hurairah yang
menuturkan, “Abu Jahal bertanya, ‘Apakah Muhammad berani mengotori
wajahnya dengan debu di hadapan kalian?’ Dijawab, ‘Ya.’ Ia berkata,
‘Demi Lata dan Uzza, jika aku melihatnya melakukan hal itu, aku akan
menginjak tengkuknya atau aku akan melumuri wajahnya dengan debu.”
Ia lalu mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
yang sedang shalat, ia berniat menginjak tengkuk beliau. Sejurus
kemudian tidak ada mengejutkan mereka selain langkah mundul Abu Jahal
seraya berusaha melindungi diri dengan kedua tangannya. Ditanyakan
kepadanya, ‘Ada apa denganmu?’ Ia menjawab, ‘Sungguh ada parit penuh
api, kengerian, dan sayap-sayap yang menghalangi antara aku dan dia.’
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Andai ia
nekat mendekatiku niscaya para malaikat mencabik-cabiknya menjadi
potongan-potongan’.”
Bukhari meriwayatkannya dengan ringkas dalam Shahihnya dari Ibnu
Abbas yang menuturkan, ‘Abu Jahal berkata, ‘sungguh jika aku melihat
Muhammad shalat di samping Ka’bah, aku akan menginjak lehernya.’ Maka
perkataan ini sampai pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Beliau bersabda, ‘jika ia benar melakukannya para malaikat akan
mencabik-cabiknya’.”
Sebagai catatan, Al-Hafizh Ibnu Hajar mengatakan, “Alasan mengapa hal
ini terjadi pada Abu Jahal dan tidak pernah pada Uqbah bin Abi Mu’aith
yang telah menumpahkan kotoran perut unta di punggung Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam saat beliau shalat, adalah meskipun keduanya
sama-sama melancarkan gangguan saat beliau shalat, Abu Jahal lebih
kurang ajar dengan menyampaikan ancaman, menuduh hamba yang taat
kepada-Nya, dan ingin menginjak leher beliau. Hal ini jelas keterlaluan
hingga mengakibatkan penyegeraan hukuman bila ia benar-benar
melaksanakan. Juga, karena isi perut unta belum tentu najis. Di samping
itu, Uqbah telah diberi alasan setimpal berkat doa buruk beliau
kepadanya dan orang-orang yang berperan dalam tindakannya itu. Mereka
semua terbunuh di perang Badar.” Kita tahu bahwa Abu Jahal adalah orang
yang mencetuskan ide menumpahkan isi perut unta pada beliau seperti
diriwayatkan Muslim dalam Shahihnya.
Pembaca yang mulia, semoga Allah menjaga Anda, lihatlah bagaimana Abu
Jahal tetap dalam kekufuran dan permusuhannya padahal ia telah
nyata-nyata menyaksikan pertolongan dan perlindungan Allah untuk
Rasul-Nya. Kita berlindung kepada Allah dari kehinaan.
Sumber: Masyhur Tapi Tak Shahih Dalam Sirah Nabawiyah,
Muhammad bin Abdullah Al-Usyan, Zam-Zam, Cetakan: 1 April 2010
Artikel www.KisahMuslim.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar